July 27th, Setahun yang Lalu

Jam sepuluh lewat dua belas menit.

Aku baru menyadarinya.


Ulang Tahunmu.

               19 tahun ya? Lucu sekali aku mengingatnya. Aduh, apa yang harus kukatakan? Mungkin, Selamat Ulang Tahun semoga menjadi "orang penting" itu yang selalu kau banggakan padaku. Juga semoga bisa selamanya dengan dia, gadis itu. Yang hari ini memberimu kejutan, kue dan kado.

               Sudah se-abad kita tidak bertemu, aku hanya bisa menebak-nebak bentuk wajahmu. KAmu yang dulu pernah membagi tawa bersamaku. Kamu yang kupikir akan hidup bersamaku kelak. Kamu yang ambisius. Selalu berteriak.

               Kamu pasti bahagia. Bagaimana tidak? Seseorang itu selalu mengusahakan bahagiamu. Aku masih sendiri. Mungkin Tuhan masih ingin menghukumku karena kesalahanku di waktu lalu. Haha. Sudahlah, lagi-lagi aku membahasnya.

               Di hari yang bahagia ini aku hanya bisa merangkainkan do'a untukmu. Semoga, semoga dan semoga. Aku tidak bisa bilang kita tidak akan bertemu lagi. Siapa yang tahu masa depan, bukan? Hanya ingin bilang, maafkanlah aku saat nanti kita sudah bertemu kembali.

               Selamat Ulang Tahun Kaka! Semoga bahagia :)




Terimakasih dan Selamat Bertemu Kembali!

                    Hari ini aku lihat nama kamu di koran. Selamat kamu lulus sbmptn! Sudah di kampus impian, kamu pasti senang. Aku belum kulia, berhenti setahun. Tahun depan aku adik kelasmu haha. Tapi kita tidak mungkin kebetulan sekampus lagi. Kamu memilih Malang, aku memilih Bandung, kembali ke kotaku. Kampung halamanku.

            Entah kenapa melihat namamu tadi membuatku merasa takut. Dan lebih banyak mengkhawatirkan masa depan. Takut akan segala hal. Mungkin takut tidak bisa bertemu kamu lagi. Tapi dunia itu sempit kan?

                Atau mungkin juga takut bertemu denganmu lagi. Bertemu, saat kamu sudah meng- gandeng orang lain. Takut untuk mengetahui hal itu. Takut tidak bisa menerima kenyataan. Kamu pasti mendapat gadis yang pantas di kampusmu. Cantik, kaya, dan dari keluarga baik-baik. Sangat pantas untuk kamu.

                 Atau kamu mungkin juga bertemu lagi dengan Ayu. Lalu kembali bersama sampai  akhirnya menikah. Anak kalian pasti tampan dan cantik. Kalian sangat serasi. Berarti aku kalah dua kali darinya. Haha. Sebenarnya aku takut, takut semua itu terjadi.

                         Takut mengetahuimu menjadi milik orang lain.

                 Tapi aku juga pasti bertemu orang lain, kan? Mungkin perasaam yang aku rasakan sekarang cuma ketertarikan sesaat yang akan hilang begitu saja, di hapus waktu. Seperti aku di pikiranmu. Selalu semu.

                      Malam ini aku melihat foto-foto kita di SMA kemarin. Foto kita yang di kalender, kamu berdiri paling ujung, kan? Melipat tangan dan tersenyum sombong. AKu diujung lainnya, berusaha terlihat cantik. Lalu fotomu yang bermalas-malasan di lab.komputer (jangan tanya bagaimana aku mendaptakannya). Kamu duduk bersila, bersandar ke tembok, memasang ekspresi kepanasan. Astaga, wajah bodoh itu lagi!

                       Dulu kita punya banyak waktu untuk bersama. Tapi tak pernah kita manfaatkan. Hanya cukup mengenal lalu saling mengabaikan. Andai aku sadar bahwa hari ini akan terjadi. Hari dimana aku akan rindu akan hari SMA kita. Aku pasti akan berhenti memperhatikan pelajaran. Duduk di belakang, agar dekat kamu. Dan menghabiskanlebih banyak waktu untuk bermain UNO bersamamu. Atau meninggikan telinga berusaha menangkap percakapnmu. Mungkin aku sedikit bisa mengenal hidupmu. Akujuga akan lebih banyak meninggalkan perlajaran terakhir, dan kabur lewat pintu belakang. Seperti kamu waktu itu, melemparkan tasmu duluan lalu merangkak lewat bawah jendela, perlahan, agar tak terlihat Pak Pundjul. Dengan begitu akan ada lebih banyak hal untuk dikenang. Mungkin aku bisa merasa lebih puas.

                     Oh iya, foto mu yang paling aku suka, saat wisuda. Kamu berfoto sendirian, memakai jas hitam kebesaran, berdasi. Jelek sekali. Rsanya ingin kucetak super besar, kupajang di dinding kamar lalu kutertawakan seharian. Aku memanggilmu saleman karena foto itu. Tapi hal itu, menyadarkanmu bahwa aku menyukaimu bukan kamu yang tampan, api kamu dan segala tingkah bodohmu itu. Memang awalnya demikian, tapi kelamaan rasa itu bertumbuh menjadi rasa yang amat tulu. (Kamu pasti akan menertawaiku karena semua kalimat barusan -____-).

                    Kita dulu dekat ya? Kita di dekatkan oleh Tuhan selama dua tahun. Kamu dengan tingkah bodohmu, dan celana abu-abumu yang longgar. Pasti kurindukan.

                       Aku juga pasti akan merindukan diriku yang memakai seragam itu. Rok kebesaran. Gaya rambut asal-asalan. Haha. Aku ingin SMA selamanya!

                       Agar bisa terus bersamamu, melakukan hal-hal bodoh. Melupakan kewajiban kita untuk bertumbuh dan menjadi orang penting suatu saat. Keinginan bodoh!

                         Sudah kuhitung. Kenangan kita tidak banyak. Percakapan kita lebih tidak banyak. Kamu pasyi sudah lupa sebagian. Aku benci diriku yang seperti ini, terus berpegang pada cerita masa lalu> Terus mengingat walaupun yang lain tak lagi ingat.

                  Do'akan saja ya. Agar aku cepat melupakanmu. Sebenarnya aku tidak ingin melakukannya. Tapi mengingatmu terus... juga bukan ide yang bagus. Jadi do'akan aku agar  segera bertemu seseorang. Seseorang yang bisa membuatku mencintainya lebih dari yang kulakuan pdamu.

                         Kamu pria keempat yang kusukai diam-diam. Kamu jelas bukan cinta pertamaku, namun  tingkah cangguh kita membuatku merasa ini seperti cinta pertama. Terimakasih sudah bertemu denganku Tuan. Sudah mengenalku. Sudah berlalu lalang di hidupku. Sudah menyebabkan terlalu banyak kebetulan. Sudah mengajariku tentang cinta tak berbalas. Sudah memberi hal untuk di kenang.

                        Selamat bertemu kembali, Tuan. Kalau Tuhan mengijinkan mungkin suatu saat. Kembali oleh hal bernama kebetulan.

Semoga Bahagia!

Tempat duduk yang kosong

GRADUATION

                Big day!
Graduation.
           Satu hal yang kubenci dari tradisi di tempat ini. Adalah kewajiban kami untuk memakai kebaya berpayet yang gatal, lengkap dengan sanggul dan sasakannya yg tinggi. Juga hi heels 10cm yang terasa begitu menyiksa.
               Aku masih belum berani meninggalkan cermin, dan membiarkan publik melihat diriku yang begitu mengerikan. Mataku berkaca-kaca aku ingin menangis.
            Sesampainya di Hotel tempat 'mereka' mengadakan acara sial ini. Aku tidak berhenti me- nutupi wajahku dengan tas. Aku heran dengan teman-temanku yang begitu percaya diri dengan dandanan mereka. Mereka bahkan berfoto dengan berbagai pose. Aku? Hanya terus berjalan lurus memasukki hotel dan berharap semuanya akan berakhir dengan cepat.
             Ternyata aku sudah terlambat, tempat ini sudah dipenuhi berbagai macam manusia dengan berbagai riasan.
              Apa aku melewatkan hal yang penting?
              Tenang saja, belum kok, cepatlah temukan tempat dudukmu fifi mengomeliku
              Tidak bisakah aku duduk disini?
Kau ini, tempat duduk ini disusun berdasarkan absen. Kau duduk disana kata fifi sambil menunjuk ke dua baris didepan tempat yang kududuki saat ini.
               Dimana? Aku masih tidak jelas dengan penjelasannya
               Itu, disamping Raka
               Deg.
               Matilah aku, aku tidak ingin dia melihatku dengan keadaan sejelek ini, ayolah. Bagaimana ini?
               Setelah meronta sedikit, fifi membiarkanku untuk duduk disampingnya, tapi hanya sampai teman disampingnya datang. Tidak apalah, memperpendek waktu canggungku saat bersamanya.
               Karena teman duduk fifi ternyata tidak bisa datang, aku dapat tenang sedikit. Acara pun berjalan dengan lancar. Aku bahkan sempat berfoto dengan Raka, maksudku dengan teman sekelas dimana ada Raka. Jarak kami difoto terhalang oleh tiga temanku. Tapi tidak apa, akhirnya aku punya foto bersamanya.

TENTANG CINTA PADA VENUS

Venus,
Kenapa kau begitu jauh?
Kenapa begitu tinggi dan susah kugapai?
Kenapa kau membuatku merasa kecil?

Venus,

Permintaanku tak banyak

Hanya muak!
Pada diri kakumu yang selalu kulihat
Berekspresi memang
Kadang tersenyum, menunduk, melihat kearah lain
Tapi tak pernah bergerak

Juga pada suaramu
Itu-itu saja yang kau katakan
Tidak bisakah kau mengatakan yg lain?
Aku bosan!
Aku bahkan tidak tau kepada siapa kau tujukan perkataanmu itu

Juga pada kabarmu
Segala cerita tentangmu
Yang selalu kutahu dari orang lain

Tidak bisakah kau memberi tauku langsung
Agar aku tak merasa lebih bodoh lagi

Venus,
Jadilah lebih nyata
Agar bisa kusentuh
Kudengar
Kusapa setiap paginya
Kuajak bertengkar
Kumimpikan

Terlebih kurasakan bahwa kau benar ada

Hingga akhirnya aku bisa memaafkan diriku
Yang telah dg lancang mencintaimu

BICARALAH!

Kadang
Aku berkhayal terlalu jauh

Berpikir sampai ke luar galaksi
Berharap bahwa kau, dg entah bagaimana mengetahui tentangku

Lalu berbisik perlahan
Tak apa. Dunia sudah lama berubah, jika Venus adalah bintang maka tak selamanya ia tak bisa digapai


LALU BAGAIMANA?

Dari awal kisah ini sudah mati
Tak ada harapan
Hanya bisa jadi bahan tertawaan

Tunggu dulu aku menyebutnya kisah ?
Bahkan belum terjadi apa-apa
Hanya perasaan semu yang kurasa
Itu saja.

Aku bahkan sudah tau kelanjutannya.
Bahwa aku akan tumbuh
Menjadi dewasa
Menjalani apa yg dijalani orang dewasa
Disibukkan dg hal-hal sepele yg lebih nyata
Lalu lupa
Akan kamu
Perasaan terhadapmu
Segalamu

Menemukan cinta baru
Yg lebih nyata,
bisa kusentuh
Dan kurasakan hadirannya

Ataupun jika Tuhan berbaik hati untuk mempertemukan kita Tuan
Mungkin dalam peran yang berbeda
Kamu di atas sana
Aku dibawah sini di antara ribuan manusia yang mengilaimu
Kau bahkan takkan bisa melihatku
Lalu seperti biasa mengamatimu dari dunia yg berbeda
Membingkaimu sebagai kenangan
Dan menua

Tapi Tuhan, jika ini ceritaku?
Jika boleh aku menentukan kelanjutannya?
Bolehkah aku meminta semua itu tidak terjadi?
Bolehkah aku meminta akhir yang lebih membahagiakan?
Bolehkah aku yg naif memilikinya?
Kumohon

VENUS, BISAKAH AKU MELUPAKANMU?

Kau tidak tau aku
Jelas, kita tak pernah bertemu
Kesalahanku
Aku yang bodoh
Yang jatuh cinta hanya karena melihatmu sekilas di kotak kaca yg kupandangi 23 jam sehari
Mengkritik penampilanmu
Lalu tak bisa melupakankan sosokmu

Kini aku menginginkanmu

Sangat sangat sangat
Tapi apa yang bisa kulakukan
Ribuan mil kita terpisah
Jarak yang bahkan jika kuteriakkan namamu sebisaku
Kau takkan mendengarnya

Tapi apa yang bisa kulakukan
Kita berbeda,
Berbeda dalam segalanya
Pada dunia, cara berbicara, selera
Bahkan pada waktu dan Tuhan

Memang aku yang bodoh
Malah memilih untuk mencintaimu
Menjadikan mu satu-satunya pengaruh dalam hidupku
Kini aku sudah terlalu jauh melangkah
Sudah terlalu bergantung akanmu
Sudah terlalu tidak bisa menganggapmu biasa

Benar! Tak ada yg bisa kulakukan
Hanya disini, di belahan dunia lainnya
Bertanya keras-keras pada diriku sendiri
Tentang apa yang kulakukan?
Kenapa kulakukan?
Dan kau

Aku tidak ingin tau
Apa yang kau lakukan?
Apa yang kau suka dan tidak kau suka?
Apa musik favoritmu?
Atau apapun
Aku tidak ingin tau
itu semua terlalu rumit untukku
Terlalu tak terjangkau
Tetapi ada satu yang selalu kupikirkan
Kupertanyakan tanpa henti

Tentang..
Bukan, bukan
Bukan tentang apakah kita akan bersama
Atau apakah rasaku takkan berakhir sia-sia
Atau bahagia selama-lamanya bersamamu seperti cerita negeri dongeng
Memang jika aku berpikir demikian, akankah dg beruntung di dengar Tuhan?

Melainkan...
Tentang bagaimana aku bisa keduniamu?
Tentang bagaimana kita akan dipertemukan?
Tentang reaksimu akan sosokku?

Akankah kau sedikitnya mengingatku?

Atau jika itu masih terlalu mewah
Bagaimana jika aku melupakanmu?
Bagaimana bisa aku melupakanmu?

JATUH CINTA PADA VENUS

Jatuh cinta.

Perasaan yang mewah
Tidak terduga
Indah
Dan berdebar-debar
Merasakannya membuat bahagia
Membuat orang manapun memujanya

Tapi kali ini aku benci merasakannya
Aku menyesal bisa merasakannya
Aku benar-benar berharap tidak memilikinya
Iya, perasaan rumit ini

Bagaimana tidak?
Jatuh cintaku yg kali ini benar tak wajar
Jatuh cintaku yg kali ini sungguh tanpa harapan
Jatuh cinta yg dg hanya kupikirkan membuatku ingin mati saja
Jatuh cinta yg bahkan jika kuceritakan pada Tuhan akan membuatnya berpikir Apa kau sudah gila?

Ya, aku jatuh cinta

Aku jatuh cinta pada dia yang bersinar.

Pada Venus yg selamanya takkan bisa kugapai

DIA YANG MENGAJARIKU

Saat aku masih seorang gadis kecil
Aku diajari tentang cinta
Bahwa cinta itu begini
Begitu
Bahwa dia tidak memandang apapun
Tidak memperdulikan apapun
Terjadi begitu saja

Tapi sekarang aku sudah dewasa
Semua yang kutau ttg cinta
Hanya isapan jempol belaka

Bahwa ternyata cinta itu menuntut
Cinta itu memandang
Bahkan meremehkan

Coba saja tanyakan padanya
Maukah dia menerima aku, kamu, kalian yang sebenarnya
Yang jauh dari kata cantik

Yang berat badannya lebih dari 73 kilo
Yang selera musiknya parah
Yang asal-usulnya tak jelas
Yang tidak tinggal di gedung bertingkat

Jawabanya jelas tidak!
Tangannya akan terbuka
Saat nanti kau sudah lebih sempurna, lebih berharga

Seseorang sudah mengajariku hal itu
Membuatku merubah diriku, agar bisa dicinta

Pages

Páginas vistas en total

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

About Me

Followers