Melihatnya dengan Jarak

                  "Ah sial, kenapa aku bisa lupa? Sudah jam berapa in? Aku benar-benar terlambat!" Aku terus saja mengutuk diriku.
                 
                  Hari ini aku dan teman-teman sekolahku berencana mengadakan acara perpisahan kecil di SMA kami. Dan lihatlah seperti biasa aku terlambat.dengan baju seadanya aku segera berangkat.

                  Sesampainya di sekolah Tara langsung memborbardirku dengan omelannya. Astaga!
                  "Kau tau jam berapa sekarang?! Lihatlah bahkan acara seperti ini pun kau terlambat?!"
                  "Maaf.. aku benar-benar ..."
                  "Sudahlah ayo ikut aku! Acaranya hampir selesai" Tara memotong perkataanku dan menarikku masuk.

                  Di dalam aku bertemu banyak orang, Rea, Henry, Mega, Kara, banyaklah. Mereka mengadakan semacam pesta kecil di tempat parkir. Benny di ujung sana sedang sibuk dengan gitar listriknya bersama beberapa teman. Haha belum-belum aku sudah merindukan masa-masa menyanyi bersama mereka.

                  Banyak orang disini tapi aku tidak melihatnya. Aku menyunggingkan senyum, acara seperti ini tidak penting untuknya. Sedang asik bercerita tenang banyak hal, aku mendapat pemandangan yang tidak bisa kulewatkan. Sigit. Dia terlihat keluar dari gerbang belakang yang menghubungkan koridor dengan lapangan olahraga. Dia berjalan bersama teman-temannya. Sudah mau pulang sepertinya. Jarakku dengannya terlalu jauh saat itu, hingga aku harus menyipitkan mata untuk meyakinkan diriku akan sosoknya. Dia, jelas tidak menyadari kehadiranku yang sibuk memandanginya.

                  Dia memakai kemeja gelap longgar dengan garis putih halus vertikal diantaranya, celana coklat muda, lengkap dengan tas kecil yang digendong menyamping. Di jarak sejauh ini aku masih sempat memperhatikan detail dirinya. hal ini harus benar-benar kuingat, karena mulai sekarang aku tidak akan bisa melihatnya setiap hari lagi, walaupun aku menginginkannya.


***


                   "Sigit?"
                   "Ah tidak.. aku.." aku gelagapan
                   "Sudah jelas kau memperhatikannya, masih berani mengelak"

                    Aku terdiam.
                    "Kau pasti kembali menyukainya. Aku sudah tau" suara Tara berbaur begitu saja dengan dentuman drum yang dipukul Beny dkk. Aku masih betah terdiam.
                    "Pasti karena kalian sekelas lagi" Tara terus saja bicara
                    "Aku tidak tau" aku menjawab lirih


                    "Tenang saja dia sudah putus" aku kaget mendengar yang di katakan Tara. Entah harus bagaimana. Senang atau bagaimana. Aku benar-benar tidak tahu. Yang jelas setelah 3 tahun, akhirnya pada June 7th Tuhan mengabulkan do'a jahatku.

                    "Mulailah menghubunginya" Tara mengakhiri pembicaraan.


***

                    Aku malu untuk menghubunginya, aku takut disangka memanfaatkan kesempatan atau semacamnya. Tapi mau bagaimana lagi, hal yang kutunggu sejak lama kini terjadi. akhirnya tanpa sengaja aku menghubunginya. Pembicaraan kami berlangsung hangat, bahkan menyenangkan. Aku mengejeknya ni itu dan dia selalu punya jawaban yang bagus untuk menanggapi tingkahku. Kini aku bisa menyapanyanya tiap pagi hari. Aku suka hal ini.

                   Tapi aku juga tau bahwa dia masih terluka, mungkin masih belum ingin membuka hati dahulu. padaku atau siapapun. aku juga belum siap untuk kembali memperjuangkan seseorang. Tapi lihatlah kita, aku, kamu sama-sama sendiri, sama-sama terluka mungkin kita bisa saling meragap hati masing-masing, bisa saling mengerti, dan mengobati. Mungkin. Lihatlah kita, kita berada dalam hal yang bagus untuk ini. untuk bersama. Haruskah kita menyia-nyiakannya hanya karena masih berpegang pada sisa masalalu?

                  Pertanyaan lainnya. Apakah kamu tahu? Tentang aku? Tentang 3 tahun lalu? Tentang penantianku? Juga do'a-do'a jahatku agar kamu segera putus dengan gadis itu? Tentang perasaanku? Tentang hatiku? Tentang bagaimana aku selalu melihatmu dengan jarak?
Kamu tahu?
Haruskah aku membuatmu tau?
Atau kamu memang sudah tau, tapi berpura tidak tau?

                   Hei lihatlah aku, haruskah kamu melakukannya? Menyakitiku dengan kepura-puraanmu?
                   

Pages

Páginas vistas en total

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

About Me

Followers