Tentang Dia, Seseorang Yang Asing



              
             Malam sudah cukup larut untuk kuhabiskan dengan Andreas, dia juga pasti sangat lelah karena pekerjaannya. Malam juga terlalu tua untuk kuhabiskan di Coffeelicious. Dan sialnya aku masih tidak bisa menutup mata. Aku tidak percaya, ini terjadi setiap malam. Aku menyingkapkan selimut, dan memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar. Hanya sampai aku mengantuk.
            Aku menemukan diriku di tepi pantai Kuta lagi, seperti biasa, tempat ini. Hampir setiap malam aku mendatanginya karena satu alasan : insomnia.
           Aku selalu menyukai pantai disaat seperti ini. Debur ombak yang bertabrakan, angin di saat malam, dan orang-orang. Orang-orang yang bahkan tak mengenalku, atau menganggapku ada. Aku suka hal ini. Membuatku tidak merasa kesepian walaupun sendirian.
             Aku terduduk di pasir, memeluk lutut dengan kedua tanganku, lalu menenggelamkan wajahku diantaranya. Tanpa kusadari aku... Tertidur. 

            Keberatan jika aku duduk disini? sebuah suara membangunkanku. Aku mendongak kearahnya, karena tak dapat melihat wajahnya dengan jelas aku kembali menenggelamkan wajahku.
               Aku anggap itu, jawaban iya tambahnya
               Aku tidak bergeming, malas menanggapinya.
               Aku suka sekali pantai disaat seperti ini, membuatku tenang
               Aku masih tidak menggubris perkataannya.
            Aku sedang berlibur, aku menginap di Hotel World dekat sini, karena tidak ingin menyia-nyiakan cutiku aku datang kesini selarut ini
              Dia terus saja bicara.
          
            Hingga akhirnya aku muak dengan pengabaianku dan memperhatikan yang dibicarakannya. Pekerjaannya sepertinya menyenangkan. Membuatnya bertemu banyak orang. Berbicara. Berdebat. Membuat kesepakatan. Tapi dia muak dengan rutinitas. Pekerjaanya sekarang bukanlah pilihannya. Tapi dunia yang membawanya. Begitu katanya.
           Semakin dia bercerita wajahnya semakin jelas diingatanku, garis matanya tegas, sedikit tirus mungkin perkerjaannya yang menyebabkan kehilangan beberapa jam waktu tidurnya. Warna rambutnya tidak jelas dalam keremangan ini. Kedua alisnya terlihat sepadan dengan bentuk matanya yang besar. Wajahnya menunjukkan sesuatu yang sudah lama ini tidak kukenal. Entah apa.
           Dia suka berkeliling, berkunjung dari satu tempat ke tempat lain. Ini kali keduanya berkunjung ke Bali, dan dia jatuh cinta dengan tempat ini. Dia selalu menanyakan kenapa pekerjaannya menuntutnya untuk memakai setelan mahal. Dia juga benci dengan bibinya, yang selalu mengatur apa yang harus dilakukannya, termasuk masalah warna dasi. Dia suka makaroni panggang yang dimasak agak lama sampai tepinya mengering. dia menyukai hari jum'at. Dan.. Tunggu dulu, berbicara dengannya membuatku merasa telah mengenalnya sangat lama.
          Akupun mulai bercerita tentang diriku. Bahwa aku hanyalah wanita kaku,  yang benci akan kesunyian. Bahwa aku sering tidak bisa tidur saat malam. Bahwa Bali mengajarkanku banyak hal tentang keindahan, pengabaian, kenangan, dilupakan dan melupakan.
           Aku juga bercerita tentang pekerjaanku yang tidak menuntutku banyak hal, tidak menjejaliku dengan kebosanan, cukup dengan hanya bermain dengan khayalan-khayalanku. Membuat orang dapat mengerti tentang khayalanku.

* * *
           Jadi ceritakan padaku kenapa memilih menulis?
           Aku mengubah pandangan kearahnya, memasang ekspresi Haruskah kau menanyakannya?
           Memang harus ada alasan? Aku mulai berkomentar
           Tentu saja
           Aku mengernyitkan dahi masih dengan ekspresi tidak percaya.
        Kau tahu, seseorang memilih hal seperti ini selalu disertai alasan. Yaa hal-hal biasa seperti untuk berbagi perasaan, orang tua, atau mungkin karena seseorang misalnya dia terus saja bicara, lelaki ini.
           Atau mung...
           Dengan menulis membuatku merasa hidup.
           Dia tidak bergeming entah tidak mengerti maksudku atau mungkin sedang memilah-milah hal apa lagi yang akan dia katakan.
         Hidup dalam cerita-cerita dipikiranku, cerita-cerita yang kadang walaupun diharapkan tidak akan terjadi aku melanjutkan.


Hening. Cukup lama. Kenapa dia? Pikirku


           Hidupmu tidak bahagia ya? Celetuknya lugu. Membuatku canggung, dan kehilangan kata-kata.
           Hidupku cukup bahagia katanya melanjutkan.
            Hidupku memang tidak bahagia. Jawabku kaku
            Mungkin dunia tidak mengijinkannya aku melanjutkan sebelum dia berkomentar.
            Haha kau ini lucu ya?
            ...
            Menurutku itu alasan yang lucu dia berbalik kearahku, memandangku langsung kemataku.  
            
            Deg.
            Bukan dunia yang tidak membiarkanmu bahagia, tapi kau yang melakukannya
            Aku masih membisu. Lelaki ini, dia... Percaya diri sekali. Pikirku
           Berhentilah memagari diri ...
           Masih memandangku, dia mendekat. Cukup dekat hingga aku bisa merasakan sesuatu akan kehadirannya. Hangat.
           ...jadi seseorang bisa datang menghampirimu
        Astaga! Dia semakin mendekat. Jantung berdegup tak karuan. Bagaimana ini? Di saat saat seperti ini harus bilang apa ya?
           Entah apa yang kupikirkan saat itu, tapi saat bibirnya menyentuh bibirku, aku hanya diam dan menutup mata.

           Akhirnya untuk pertama kali cinta pertamaku berakhir.

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Páginas vistas en total

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

About Me

Followers