Pesan Yang Belum Kau Jawab



"Maaf soal sikapku kemarin. Do you have anything to say? 'Cause I do have, alot."

Aku rasa ini cukup. Singkat. Juga jelas. Kuakhiri pergulatan dengan diriku, lalu kutekan tombol kirim. Sambil menunggu balasan aku terus membesarkan hatiku, bahwa ini perlu. Perlu untuk berbicara padanya, menjelaskan (lagi) semuanya, menanyakan (lagi) maksud pesan singkatnya dua hari lalu, membebankan kepadanya sebuah keputusan, lalu melepasnya. Keputusan yang benar untuk mengajaknya bicara, lagi-lagi kuucapkan pada diriku.

Beberapa menit berlalu, aku menyibukkan diriku agar berhenti mengecek ponselku. Ku kerjakan ini itu, sambil terus menyiapkan diriku dengan balasan pesan singkat yang mungkin kuterima nanti. Menyusun kata-kata yang cocok dan mewakilkan maksudku. Sesekali menghafalnya agar tidak terbata, nanti saat bicara padanya. Terlalu sibuk dengan diriku sendiri, sampai akhirnya aku bernar lupa bahwa sudah dua jam berlalu sejak pesan itu ku kirim. Aneh, pikirku. "Ah, mungkin dia sibuk" kataku menghibur diri. Besok. Akan kutunggu sampai besok. Besok dia pasti menghubungiku. Lalu, ku tiup terompet juga kunyalakan beberapa kembang api. Bersorak. Ini malam tahun baru, ngomong-ngomong.

Esoknya.




Lalu lusa.




Lalu esok setelah lusa.




Lalu esoknya lagi.




Lalu beberapa esok lagi.




Lalu entah berapa hari lagi setelahnya.

Setengah jam menuju subuh di 8 Februari 2016 aku sudah lama berhenti menghitung. Pengabaiannya memberiku jawaban. Jawaban yang aku kira-kira sendiri lebih tepatnya. Seperti "Mundur, pergi saja." "Kau pikir kamu siapa? Apa yang kamu harapkan?" "Memang apa yang pernah terjadi diantara kita?" "Memang apa yang harus dijelaskan?" "Adakah yang harus diakhiri sedang kita tidak pernah memulai" "Ayolah, kamu sudah mengerti. Jelas aku memilih pacarku". 

Yap, itu sebagian kecil dari pikiran-pikiran liarku tentang jawaban yang 'mungkin' di maksudkannya. Bukan seperti itu ya? Maaf kalau begitu, ini hasil dari kebisuanmu. Sampai hari ini aku hanya-masih-tidak-percaya-saja. Aku pikir, kamu bisa lebih dari ini. Ayolah, aku benci semua hal tentang ketidak jelasannya ini. Sangat benci. Bagaimana kamu mengawalinya, bagaimana kamu mengakhirinya juga. Selalu seperti ini. Tidak pernah jelas.

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Páginas vistas en total

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

About Me

Followers