Dia, Membuatku Berbuat Hal Bodoh

Aku berjalan gontai seperti biasa menuju gerbang depan. Sendirian. Memainkan jari-jariku yang kumasukkan kedalam saku. Ya benar aku tidak punya banyak teman. Setelah Ji hyun pindah ke Gwacheon, aku hampir tidak punya teman lain, selain Niel, A dan B. Angin masih saja berhembus tanpa berasaan, dan rambutku kembali terurai berantakan. Rasanya aku tidak bisa memaafkan rambut rambut ini. Mereka berjalan ke berbagai arah, selalu membuatku merasa buruk. Aku kembali mencari-cari ikat rambut, dan tidak pernah berhasil. Sudahlah, biarkan saja. Aku menyerah
Seseorang di balik gerbang menghentikan langkahku. Seong Jo. Astaga bagaimana ini? Aku mengerjap-japkan mata. Ah Niel. Aku kiraaaa pria idamanku
Kau terlihat kecewa katanya penasaran
Tidak aku menyangkal
Niel sepertinya masih dalam pergulatan panjang dg pikirannya, tentang apa yang kumaksud
Ada apa? Nada suaraku parau sekali Kenapa? Tidak boleh mendekatiku dekat sekali membuatku tersudut dan menjauh. Apa yang akan dilakukannya pikirku.
Mana tanganmu?
Ada apa? Aku mulai gugup. Dia menariknya. Meletakkan sesuatu dan... Jam 7 dekat stasiun bawah tanah apa maksudnya? Belum sempat aku bisa bepikir. Dia sudah beberapa langkah didepanku
Oh iya rambutmu berantakan, pakailah
Apa? Aku membuka pergelangan tanganku. Ikat rambut. Tanpa sadar aku tersenyum.

* * *

Memakai baju seperti ini apa tidak papa, entah kenapa hari itu aku ingin dandan cantik, aku merapihkan rambut, memakai sepatu terbaik. Oh tidak. Aku terlambat. Aku meraih mantel dan tas seadanya, memasukan ponsel (seingatku) dan berangkat secepatnya.

Hosh hosh hosh terlambat 12 menit, aku melihat sekeliling berharap menemukan Niel berjalan kearahku kemudian memarahiku karena terlambat. Hmmm, tidak ada. Oh syukurlah dia belum datang. Aku punya kesempatan untuk memarahinya nanti haha. Juga untuk merapihkan diriku (lagi).

30 menit berlalu. Astaga dingin ini lagi. Kratak kratak, aku mengacak-ngacak isi tas, syal mana syal. Sial karena terburu-buru aku melupakan segalanya syal handphone. Aduh sial aku gemetar. Lapar. Aku belum makan apapun sejak tadi malam.

15 menit lagi, 30 menit lagi, 1 jam lagi, sedikit lebih lama dari satu jam lagi. Aku mulai cemas, melihat jam di pergelangan tanganku setiap detik, dan menggigil. Berapa lama lagi aku harus menunggu? Huh. Apa yang dia pikirkan, menyuruhku datang, menunggu dan.. Brukkk! Tiba tiba pemandangan di depanku berputar gelap dan aku terkulai. Aku jatuh terduduk.

Ji eun? Aku tidak menjawab, itu bukan Niel.
Astaga Ji eun kau baik saja?
Kau pucat sekali, kau menunggu seseorang? Aku masih tidak menjawab
Sudah berpa lama kau menunggu? Kau sakit?
Seong jo membantuku berdiri.

4 jam dia terpaku sejenak.
Haha Bodoh, aku menunggunya selama itu, aku bisa mati kedinginan.
Harusnya aku tau. Karena dia aku bersikap bodoh. Mataku panas dan aku mulai menangis
Seong Jo tidak bergeming.
Karena dia aku memakai baju bodoh, memakai lipstik dan heels. Harusnya aku tau, dia takkan datang. Hiks harusnya aku tau!! Aku menangis terisak di depan Seong Jo. Pria yang kusukai selama 2th ini. Sekarang aku tidak peduli lagi.
Aku bisa mati!! Harusnya aku tau!! kenapa dia tidak datang!!
Seong jo memakainya syalnya di leherku. Aku terhenyak. Lalu menatapnya bingung.
Tidak apa, jika dia tidak datang. Ada aku, aku datang. Katanya sambil membelitkan syalnya dileherku.

Bruk. Aku memeluknya dan terisak.


Malam itu untuk pertama kalinya aku menyadari bahwa Niel sangat berarti bagiku lebih dari diriku sendiri. Dan malam itu aku juga menyadari bahwa itu adalah hal bodoh.

Malam yang Hangat

Musim dingin sepertinya bergerak lebih cepat dari dugaanku. Malam begitu larut, suasana diluar begitu dingin. Aku mempercepat langkahku, bagaimana pun alasannya aku tak mau terkena radang dingin hanya karena nekat membeli mie instan, di cuaca seperti ini. Keputusan bodoh. Aku mulai memeluk diriku sendiri, astaga dingin sekali. Angin yang berhembus juga memperburuk keadaan. Sial.
Tidak hanya sampai disitu angin sial ini juga meniup niup kasar rambutku yang lupa kuikat, tidak ingin terlihat kelaparan dan mengerikan aku berusaha merapihkannya. Ikat rambut, ikat rambut. Sepertinya tadi disini. Sia-sia.
Rumahku yang malang, maafkanlah nuna, karenaku kau masih gelap. Krieet, aku membuka pintu dan Aaaaaaaaa! Niel bodoh dia mengagetkanku.
Astaga kau tau aku hampir mati karena kaget aku memukul-mukulnya keras dengan sekeresek mie instan
Hei hei kau pikir kau saja yang kaget, lihat dirimu kau berantakan. Aku benar-benar mengiramu hantu
Sialan kemari kau!
Setelah puas memukulinya. Aku menemukan diriku bersamanya, menghadapi panci panas, memainkan sumpit dan menunggu mie kami matang. Aku merasa benar-benar tidak terhormat -___-

Kenapa kau kesini malam-malam begini Aku lapar makanya kesini
Kalo itu alasanmu kau salah besar, aku tidak punya apapun untuk dimasak.
Hm aku juga tidak tau, tempat ini yang pertama kuingat saat itu, tiba-tiba aku sudah disini mengacak-ngacak lemari mencari makanan.
Aku mencibir.
Hey kenapa berekspresi begitu kau tau aku tidak menyukainya.
Aku terus saja mencibir.
Kemari kau katanya sambil membawa-bawa sumpit raksasanya. Aku dan Niel pun tertawa-tawa geli

Astaga mie-nya!

Malam itu berakhir dengan hangat, karena Niel yang bodoh dan kelaparan. Entah kenapa malam ini dia terlihat begitu manis. Dan entah kenapa aku lupa untuk mengingat kesedihanku tadi. Juga entah kenapa dia jadi begitu penting seperti ini

Si Bodoh

Kau tunggulah sebentar, aku benar-benar tidak bisa menahannya lagi!
Lalu dia berlari masuk kedalam sebuah resto, meminjam toilet, astaga niel, apakah dia selalu sebodoh ini? -_-

Aku menunggunya, sambil menyesap perlahan kopi di tanganku. Berusaha mengusir rasa bosan yang datang. Hingga...

Hei nona! Bentak seorang pria, kasar
Aku menoleh perlahan, astaga 3 orang pria berbadan besar tepat di sampingku sekarang.
Berikan dompetmu, ponselmu juga
Aku ketakutan dan mundur perlahan
Astaga niel cepatlah! Kau dimana
Hei nona kau tuli ya? Cepat berikan atau kami harus mengambilnya dg paksa kata seorang pria lagi, wajahnya benar-benar bengis, tanpa rasa kasihan
Niel, seseorang tolong aku!
Mereka mulai menarik paksa tasku, aku berteriak, dan mencoba mempertahankannya
Hei kalian!
Niel! Dia menghampiriku dan mendorongku mundur ke belakang badannya. Pria pria besar itu hanya tertawa tertawa kecil dan bergumam Siapa anak kecil ini? Berani-beraninya dia!
Niel terus saja mendorongku mundur
Niel kau yakin bisa mengalahkan mereka? Bisikku perlahan
Kau ini, lihat badan mereka. Mana mungkin aku bisa mengalahkannya
Hah? Apa? Aku tercengang.
Lalu?
Tentu saja . . . Lariiiiiiii!
Niel bodoh, sambil menarik tanganku dia berlari tunggqang langgang -_____-
Dan tentu saja pria-pria besar itu tetap mengejar kami. Dari wajahnya aku bisa menyimpul kan pikiran-pikiran mereka awas kalian nanti, takkan kuampuni

* * *

Aku dan niel bersembunyi dibalik sebuah gudang tua di dekat situ. Cukup lama hingga keadaan di rasa aman.

Di perjalanan pulang . . .
Ini tidak benar! Niel menatapku heran
Apanya?
Bukannya kau harusnya menghajar mereka bukan kabur seperti ini
Kau ini! sudah kubilang kan berhentilah menonton hal-hal seperti itu di tv
Aku mencibir.
Kau harusnya bilang 'terimakasih niel kau sudah menyelamatkan aku dari pria-pria besar' itu niel menggunakan nada wanita dan mulai mengedip-ngedipkan matanya

Teruslah bermimpi!

Pages

Páginas vistas en total

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

About Me

Followers